Sedangkankajian kedua lebih kepada pengaplikasian dalam kitab Ihya Ulumuddin. Bahkan, buku ini juga menyajikan beberapa temuan-temuan baru, yakni beberapa hadits yang dianggap tidak bersumber dalam kitab Ihya Ulumuddin oleh Imam as-Subuki, al-‘Iraqi, Ibnul-Jauzi dan beberapa ulama lain, kini sudah ditemukan sumbernya. ï»żIhya Ulumuddin atau Al-Ihya merupakan kitab yang membahas tentang kaidah dan prinsip dalam menyucikan jiwa Tazkiyatun Nafs yang membahas perihal penyakit hati, pengobatannya, dan mendidik hati. Kitab ini merupakan karya yang paling terkenal dari Imam Al-Ghazali. Hanya saja kitab ini memiliki kritikan, yaitu meskipun Imam Ghazali merupakan seorang ulama namun dia bukanlah seorang yang pakar dalam bidang hadits, sehingga ikut tercantumlah hadits-hadits tidak ditemukan sanadnya, berderajat lemah maupun maudhu. Hal ini menyebabkan banyak ulama dan para ahli hadits yang kemudian berupaya meneliti, memilah dan menyusun ulang terhadap takhrij hadits yang termuat di dalam Ihya Ulumuddin. Di antaraulama ahli hadits yang menyusun ulang kitab hadits berdasarkan Ihya Ulumuddin ini adalah Imam Ibnul Jauzi dan Imam Ibnu Qudamah Al-Maqdisi yang menulis kitab Minhajul Qashidin dan ikhtisarnya Mukhtasar.[1] Ihya Ulumuddin Mukhtasar Minhajul Qashidin ringkasan Minhajul Qashidin revisi dari Ihya UlumuddinPengarangImam Al-GhazaliBahasaBahasa Arab dengan beragam terjemahanGenreTazkiyatun NafsPenerbitBeragamTanggal terbitcirca 500-an H 1100-an MDiikuti olehMinhajul Qashidin, dll SekilasMengenal Isi Kitab Ihya Ulumiddin Karya Fenomenal al-Ghazali. Karya Al-Ghazali yang berjudul Ihya Ulumiddin terdiri dari empat jilid. Empat jilid ini memiliki maksud tersendiri. Dr. Arrazy Hasyim, MA 10 Mei 2019 20753. Kitab Iáž„ya UlĆ«middin termasuk kitab terakhir dikarang oleh Hujjat al-Islam al-Ghazali (selanjutnya disebut al-Ghazali).

Jakarta Ihya Ulumuddin merupakan salah satu kitab dalam Islam yang membahas tentang kaidah dan prinsip dalam menyucikan jiwa atau tazkiyatun nafs. Kitab ini ditulis oleh Imam Al-Ghazali yang berasal dari Persia. Al-Quran adalah Kitab Suci Umat Islam, Kenali Fungsi dan Keutamaan Membacanya Mengenal Kitab Safinah dan Isinya yang Perlu Dipahami Umat Islam Hukum Mencukur Bulu Ketek, Ini Pandangan Imam Al-Ghazali dan Imam Nawawi Ihya Ulumuddin membahas tentang penyakit hati, pengobatannya, hingga mendidik hati. Kitab ini sering kali dijadikan sebagai rujukan pertama dalam kajian Islam bagi umat Muslim, salah satunya bidang tasawuf. Meskipun begitu, masih banyak umat Muslim yang asing dengan kitab Ihya Ulumuddin. Terlepas dari itu, kitab ini memiliki bahasa yang sederhana dan mudah untuk dipahami. Bahkan urutan dari pembahasannya pun tersusun secara sistematis. Berikut ini ulas mengenai kitab Ihya Ulumuddin dan topik pembahasannya yang telah dirangkum dari berbagai sumber, Kamis 23/2/2023.Bacaan Al-Qur'an Merdu Menenangkan Hati Surat Yasiin 36.Hadis, sunnah, Islam. Image by Amirul Islam from PixabayIhya Ulumuddin adalah salah satu kitab dalam agama Islam yang membahas tentang kaidah dan prinsip dalam menyucikan jiwa Tazkiyatun Nafs yang membahas perihal penyakit hati, pengobatannya, dan mendidik hati. Kitab ini merupakan ciptaan dari ulama terkenal asal Persia, Imam Al-Ghazali. Imam Al-Ghazali menciptakan kitab tersebut dengan nama Ihya Ulumuddin yang berarti menghidupkan kembali pengetahuan agam. Sebab pada masa itu ilmu Islam sudah hampir di sisihkan oleh ilmu-ilmu yang lain terutama oleh filsafat Yunani. Kini, kitab Ihya Ulumuddin dijadikan sebagai rujukan utama dalam kajian Islam, khususnya dalam bidang tasawuf. Hal ini tak lepas dari bahasa yang digunakan terbilang sederhana dan mudah dipahami, Imam al-Ghazali menyusun kitab Ihya’ Ulumuddin dengan urutan pembahasan yang sistematis. Dikutip dari laman Universitas Islam Indonesia, kitab Ihya Ulumuddin merupakan kitab yang mampu menggabungkan antara syariat, akidah, dan akhlak. Meski begitu, para ulama selalu mengkaji kitab Ihya Ulumuddin karena beberapa hadis-hadis yangtercantum tidak ditemukan sanadnya, berderajat lemah maupun maudhu. Para ulama yang sering mengkaji ulang, memilah, hingga menysun kembali kitab Ihya Ulumuddin adalah Imam Ibnul Jauzi dan Imam Ibnu Qudamah Al-Maqdisi yang menulis kitab Minhajul Qashidin dan ikhtisarnya Mukhtasar.Asal Usul Kitab Ikya UlumuddinSeorang Muslim memegang tasbih saat Itikaf di masjid di Kabul, Afghanistan, Selasa 4/5/2021. Selama sepuluh hari terakhir Ramadhan, umat Muslim melakukan Itikaf dengan berzikir, berdoa dan sholat sunnah untuk menantikan malam Lailatul Qadar. AP Photo/Rahmat GulIhya Ulumuddin adalah kitab nasehat yang paling agung. Pada kitab ini terdapat cacatan dan penjelasan yang diringkas dalam 40 bab. Dalam 40 bab tersebut dikelompokkan menjadi empat bagian besar, setiap bagian terdiri dari sepuluh bab. Kitab ini telah dicetak di Mesir berulang-ulang dan di Lukawani pada tahun 1281 H. Selain itu, ada naskah tulisan di Wina, Berlin, dan London, serta di Museum Britania dan Oxford. Kitab ini banyak mengandung penjelasan yang ditulis ulang di antaranya, Ithaf Al-Sadah Al-Muttaqin yang dicetak di Paris pada tahun 1302 H dalam 13 jilid dan di Kairo pada tahun 1311 H dalam 10 jilid. Selain itu, kitab Ihya Ulumuddin juga di teliti dan dikerjakan ulang oleh Ibnu Al-Jauzi, kemudian diberi nama kitab Minhaj Al-Qasidin. Tak hanya itu, terdapat pula naskah tulisan di Darul Kutubil Misriyah dan yang lain di perpustakaan Pembahasan dari Kitab Ihya UlumuddinBerkostum baju koko dan peci khas Uighur, China, para siswa duduk rapi di dalam kelas. Membaca buku hadis Al Bukhari Muslim Aksara. Mega PrastiwiAda beberapa topik pembahasan yang dijelaskan pada kitab Ihya Ulumuddin, antara lain 1 Bab pertama menerangkan tentang ilmu. 2 Bab kedua menerangkan tentang i’tikad keyakinan. 3 Bab ketiga menerangkan tentang rahasia bersuci thaharah. 4 Bab keempat menerangkan tentang keistimewaan shalat. 5 Bab kelima menerangkan tentang rahasia zakat. 6 Bab keenam menerangkan tentang rahasia puasa. 7 Bab ketujuh menerangkan tentang rahasia haji. 8 Bab kedelapan menerangka tentang membaca AlQur’an. 9 Bab kesembilan menerangkan tentang dzikir dan do’a. 10 Bab kesepuluh menerangkan tentang wirid. 11 Bab kesebelas menerangkan kitab adab makan. 12 Bab kedua belas menerangkan kitab adab nikah. 13 Bab ketiga belas menerangkan tentang kitab bekerja dan mencari penghidupan. 14 Bab keempat belas menerangkan tentang kitab halal dan haram. 15 Bab kelima belas menerangkan tentang etika persahabatan. 16 Bab keenam belas menerangkan tentang etika mengasingkan firi. 17 Bab ketujuh belas menerangkan tentang berpergian. 18 Bab kedelapan belas menerangkan tentang as-sima’ wa al. 19 Bab kesembilan belas menerangkan tentang menyeru kepada kebaikan dan cegah kemungkaran amar ma‟ruf nahi mungkar. 20 Bab keduapuluh menerangkan tentang adab kehidupan dan akhlak kenabian. 21 Bab keduapuluh satu menerangkan tentang keajaiban hati. 22 Bab keduapuuh dua menerangkan tentang melatih jiwa. 23 Bab keduapuluh tiga menerangkan tentang menghancurkan dua hawa nafsu nafsu perut dan nafsu farji. 24 Bab keduapuluh empat meerangkan tentang bahaya lisan. 25 Bab keduapuluh lima menerangkan tentang penyakit marah, dengki, dan hasud. 26 Bab keduapuluh enam menerangkan tentang tercelanya dunia. 27 Bab keduapuluh tujuh menerangkan tentang tercelanya sifat cinta harta dan kikir. 28 Bab keduapuluh delapan menerangkan tentang tercelanya gila hormat dan sifat riya’. 29 Bab keduapuluh sembilan menerangkan tentang tercelanya sikap takabbur dan ujub. 30 Bab ketigapuluh menerangkan tentang tercelanya sifat terpedaya. 31 Bab ketigapuluh satu menerangkan tentang tobat. 32 Bab ketigapuluh dua menerangkan tentang syukur dan sabar. 33 Bab ketigapuluh tiga menerangkan tentang berharap kepada Allah dan takut kepada-Nya ar-raja‟ wa alkhauf. 34 Bab ketigapuluh empat menerangkan tentang fakir, zuhud, dan meninggalkan dunia. 35 Bab ketigapuluh lima menerangkan tentang tauhid dan tawakkal. 36 Bab ketigapuluh enam menerangkan tentang cinta, rindu, dan ridha. 37 Bab ketigapuluh tujuh menerangkan tentang niat, keihklasan, dan kejujuran. 38 Bab ketigapuluh delapan menerangkan tentang mengontrol dan mengoreksi diri. 39 Bab ketigapuluh sembilan menerangkn tentang berpikir. 40 Bab keempat puluh menerangkan tentang mengingat kematian.* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Menengokkisah unik zaman Nabi, 101 Kisah Inspiratif, Kisah-kisah penenang jiwa. Dimensi: 10.5 x 16 cm., Halaman: 204 Hal. Lengkap dengan Istilah-Istilah Kontemporer Imam Nawawi dalam Kitab Manhaj Terjemah dari kitab : IHYA' ULUMUDDIN, karya Al-Imam Al-Ghazali. Penerbit: Asy-Syifa Harga: Rp.797.500
Pengantar Kajian Ihya Kitab Ihya 'Ulumuddin karya Imam Al-Ghazali merupakan khazanah tasawuf yang dikenal secara luas di kalangan umat Islam. Selain karena pribadinya yang menonjol dan disebut-sebut sebagai mujaddid pembaharu dalam agama, juga karena uraian dalam Ihya dekat dengan alam dan kehidupan Muslim, seperti persoalan ritual, akhlak, maupun sosial. Sebagaimana dikatakan Imam Al-Ghazali, bahwa pembahasan dalam Ihya memang ditekankan dalam wilayah muamalah. Adapun yang dimaksud "muamalah" disini adalah ilmu amal-perbuatan yang "selain harus diketahui, juga dituntut untuk diamalkan", baik secara lahir maupun batin. Inilah posisi Ihya 'Ulumuddin yang membuatnya menjadi rujukan-awal yang penting dalam mengenal khazanah tasawuf, yakni sebagai jembatan yang menghubungkan aspek syariat lahir dengan aspek esoteris tasawuf dalam Islam. Ihya 'Ulumuddin terbagi dalam empat bagian besar kitab, atau dikenal sebagai rubu', dimana di dalam setiap rubu' terdiri atas 10 bab. Dan Kajian Ihya di bawah dikelompokan berdasarkan rubu'-rubu' yang terdapat dalam Ihya 'Ulumuddin. Adapun format kajiannya bisa berupa ringkasan suatu bab tertentu, cuplikan-cuplikan yang kami anggap penting, maupun kajian yang disertai referensi lain. Kami juga telah mengumpulkan hadits-hadits yang terdapat di kitab tersebut, dan sekarang sedang dicoba untuk mengumpulkan atsar-atsar kisah hikmah para Nabi, para sahabat, atau yang lainnya untuk melengkapi kajian yang ada. Besar harapan kami untuk dapat mengkaji dan menampilkan seluruh bagian-bagian Ihya secara terperinci. Mudah-mudahan kami diberi rahmat dan kekuatan dari hari ke hari untuk menampilkannya di sini. Di dalam Ihya Ulumuddin, Imam Al-Ghazali membagi pembahasan dalam empat bagian besar, atau rubu’, yang masing-masing terdapat 10 kitab didalamnya. Keempat rubu’ itu adalah Rubu’ Ibadah, terdiri atas 01 Kitab Ilmu, 02 Kitab Akidah, 03 Kitab Taharah, 04 Kitab Ibadah, 05 Kitab Zakat, 06 Kitab Puasa, 07 Kitab Haji, 08 Kitab Tilawah Quran, 09 Kitab Zikir dan Doa, dan 10 Kitab Tartib Wirid. Rubu’ Adat Kebiasaan, terdiri atas 11 Kitab Adab Makan, 12 Kitab Adab Pernikahan, 13 Kitab Hukum Berusaha, 14 Kitab Halal dan Haram, 15 Kitab Adab Berteman dan Bergaul, 16 Kitab Uzlah, 17 Kitab Bermusafir, 18 Kitab Mendengar dan Merasa, 19 Kitab Amar Ma’ruf dan Nahi Munkar, dan 20 Kitab Akhlaq. Rubu’ Al-Muhlikat Perbuatan yang Membinasakan, terdiri atas 21 Kitab Keajaiban Hati, 22 Kitab Bahaya Nafsu, 23 Kitab Bahaya Syahwat, 24 Kitab Bahaya Lidah, 25 Kitab Bahaya Marah, Dendam, dan Dengki, 26 Kitab Bahaya Dunia, 27 Kitab Bahaya Harta dan Kikir, 28 Kitab Bahaya Pangkat dan Riya, 29 Kitab Bahaya Takabbur dan Ujub, dan 30 Kitab Bahaya Terpedaya. Rubu’ Al-Munjiyat Perbuatan yang Menyelamatkan, terdiri atas 31 Kitab Taubat, 32 Kitab Sabar dan Syukur, 33 Kitab Takut dan Berharap, 34 Kitab Fakir dan Zuhud, 35 Kitab Tauhid dan Tawakal, 36 Kitab Cinta, Rindu, Senang, dan Ridha, 37 Kitab Niat, Jujur, dan Ikhlas, 38 Kitab Muraqabah dan Muhasabah, 39 Kitab Tafakur, dan 40 Kitab Mengingat Mati. Imam Al-Ghazali Imam Al-Ghazali, atau yang dikenal sebagai Algazel di Dunia Barat Abad Pertengahan, adalah seorang tokoh dan filsuf terkemuka yang memiliki kejeniusan dan kepakaran di bidang fiqh, ushul dan tasawuf. Beliau lahir di Thusi daerah Khurasan wilayah Persia tahun 450 H 1058 M. Imam Al-Ghazali menuliskan Ihya 'Ulumuddin membahas ilmu-ilmu agama yang dikarangnya selama beberapa tahun dalam keadaan berpindah-pindah antara Syams, Yerussalem, Hijaz dan Yus, yang merupakan kitab paling terkenal dan berisi paduan indah antara fiqh, tasawuf dan falsafat. Tidak saja terkenal di kalangan Kaum Muslim, tetapi juga di Dunia Barat dan luar Islam. Kajian Ihya Terbaru intisari dan atsar ihya 'ulumuddin Rubu' 1 Ibadah Rubu' 2 Adat Kebiasaan Rubu' 3 Yang Membinasakan Rubu' 4 Yang Menyelamatkan Meletakkan Harapan Sabar Gerbang Kebaikan Menumbuhkan Kesabaran

Unsu(merasakan nyaman dengan Allah), khauf (takut) dan khauf (rindu) adalah dampak dari ma h abbah.Hanya saja berselisih sesuai pandangan dan kekuatannya di satu waktu. Artinya, jika seseorang berhati kuat untuk melihat hal gaib di belakang tabir dan merasa tidak mampu menembus Dzat Maha Agung maka hatinya tergerak dan bangkit untuk

Menimbun barang dagangan khususnya bahan kebutuhan pokok keseharian dengan maksud agar mendapat laba besar, sementara komoditas tersebut sangat dibutuhkan masyarakat hingga mengakibatkan kelangkaan barang dan harganya meroket tinggi, termasuk tindakan buruk dan tercela zalim. Dalam istilah muamalah perbuatan begitu disebut "ihtikaar". Sudah menjadi hukum ekonomi bahwa tingginya permintaan suatu barang tertentu di pasar akan membuat harganya menjadi kian mahal dari harga semestinya. Ketika harga sebuah komoditas, terutama kebutuhan pokok, melambung dari normalnya sudah pasti hal itu akan memberatkan masyarakat konsumen. Atas dasar memberatkan masyarakat secara umum ini, maka banyak hadits Nabi maupun pernyataan ulama yang mengecam perbuatan menimbun barang dalam kondisi demikian. Oleh karena itu tak heran bagi para pedagang yang komitmen keagamaannya kuat akan berusaha menghindari perilaku ini, di antaranya seperti kisah pedagang yang dikemukakan oleh Imam Al-Ghazali dalam Ihya Ulumuddin jilid II di bawah ini. Bersumber dari beberapa orang dahulu salaf diceritakan, di sebuah daerah bernama "Washith" ada seorang saudagar yang dalam menjalankan bisnisnya senantiasa berpedoman pada ketentuan agama. Waktu itu saudagar ini tengah menyiapkan barang dagangannya berupa gandum dalam sebuah kapal. Gandum satu kapal itu akan dikirimkan ke Kota Bashrah. Ia lalu mengirim surat kepada wakilnya yang diserahi tugas pengiriman ini. "Juallah bahan makanan ini pada hari di mana barang tersebut sampai di tujuan. Dan jangan ditunda hingga hari besok-besoknya,” demikian isi surat itu. Tapi bersamaan waktu tibanya kapal pengangkut gandum tersebut, kebetulan harga gandum di Bashrah sedang turun. Beberapa pedagang lalu menyarankan pada si wakil dari saudagar ini supaya barang dagangan ditahan dahulu sampai beberapa hari ke depan supaya mendapat untung besar. "Apabila anda menahan sampai Jumat, maka akan mendapat keuntungan dari penjualan makanan ini beberapa kali lipat,” begitu bujuk para pedagang lain. Si wakil itu pun akhirnya menerima saran itu dan menunda penjualan bahan makananya yang sebenarnya telah tiba. Dan ternyata memang benar, dari hasil penjualannya ia meraup laba lebih besar. Peristiwa keuntungan yang berlipat ganda tersebut oleh si wakil ini lalu diberitahukan kepada saudagar pemilik gandum yang diwakilinya. Tapi rupanya si saudagar tidak bergembira dengan berita itu. Kemudian mengirim surat balasan kepada si wakilnya itu. "Sesungguhnya saya sudah merasa cukup dengan laba yang sedikit tapi agamaku terpelihara. Kamu telah berbuat menyimpang dengan menunda penjualan. Saya tidak senang dengan untung berlipat namun menanggalkan pranata agama. Oleh karena itu, begitu surat ini sampai padamu maka ambillah semua harta keuntungan itu dan sedekahkan harta itu kepada orang-orang fakir di Kota Bashrah. Mudah-mudahan hal demikian dapat menyelamatkan saya dari dosa menimbun barang kebutuhan pokok,” tulis si saudagar pemilik dagangan. M. Haromain Disarikan dari kitab "Ihya Ulumuddin" Jilid II karya Imam Al-Ghazali.
KitabIhya Ulumudin mempunyai tema utama wacana kaidah dan prinsip dalam penyucian jiwa ialah menyeru kepada kebersihan jiwa dalam beragam Agama Alquranamp;Hadits Ihya Ulumuddin Imam Al Ghazali Kitab Klasik. Terjemah Ihya Ulumuddin Jilid 1. Muhammad; Ihya Ulumuddin atau Al-Ihya merupakan kitab yang membahas ihwal Ihya’ Ulumuddin merupakan karya monumental Imam al-Ghazali 450-505 H, ulama sufi terkemuka. Kitab ini sering dijadikan rujukan utama dalam kajian Islam, khususnya dalam bidang tasawuf. Selain bahasa yang digunakan terbilang sederhana dan mudah dipahami, Imam al-Ghazali menyusun kitab Ihya’ Ulumuddin dengan urutan pembahasan yang sistematis. Secara garis besar Imam al-Ghazali membagi kitab ini dalam empat bagian Bagian pertama Rub’ul Ibadat Bagian ini mengupas perihal ibadah dan akidah. Pada bagian pertama ini, Imam al-Ghazali mengurai tata cara dan etika beribadah serta rahasia yang terkandung di dalamnya. Bagian pertama Rub’ul Ibadat Bagian ini mengupas perihal kebiasaan interaksi antar sesama dan sikap wirai dalam bermasyarakat. Pada bagian ini Imam al-Ghazali banyak menjelasakan tata cara dan etika makan, minum, menikah, hingga cara bekerja. Bagian ketiga Rub’ul Muhlikat Bagian ini mengupas perihal sesuatu yang dapat merusak amal ibadah dan akhlak tercela. Pada bagian ini Imam al-Ghazali menjelaskan penyebab-penyebab penyakit hati dan tata cara mengobatinya. Bagian keempat Rub’ul Munjiyat Bagian ini mengupas perihal sesuatu yang dapat menyelamatkan seseorang dan akhlak terpuji. Pada bagian ini Imam al-Ghazali juga menjelaskan bagaimana cara menumbuhkan perilaku terpuji dan buah dari perilaku tersebut. Yang menarik juga dari kitab Ihya’ Ulumuddin adalah cara yang dilakukan Imam al-Ghazali dalam mengurai penjelasan Ihya’Ulumuddin adalah denga membuat perumpamaan tamtsil. Sehingga materi tasawuf yang sering kali dianggap sulit dapat dengan dicerna dengan mudah. Di sisi lain, kekuatan argumentasi yang dibangun oleh Imam al-Ghazali. Hampir di setiap pembahasan, Imam al-Ghazali menampilkan dalil-dalil secara berurutan, mulai dari Alquran dan hadis. Hal tersebut juga didukung dengan perkataan para Sahabat, Tabi’in, pendapat ulama salaf dan diakhiri dengan kesimpulan. Imam Az-Zabidi, sebagai pensyarah kitab Ihya’ Ulumiddin, dalam Kitab Ithaf as-Sadah al-Muttaqin mengatakan, “Saya belum pernah melihat kitab yang dikarang oleh para ahli fikih yang di dalamnya terkumpul antara dalil naql Alquran dan Hadis, ilmu nadzar pemeriksaan dan dalil yang menguatkannya pemikiran dan atsar perkataan para sahabat seperti dalam Ihya’ Al-Ghazali”. Hingga kini, kitab Ihya’Ulumuddin tetap dipelajari di berbagai pesantren dan perguruan tinggi Islam di seluruh dunia. Kehadirannya selalu relevan dalam membumikan ajaran-ajaran tasawuf dalam kehidupan umat Islam, kapan pun dan di mana pun. []waAllahu a’lam Baca jugaRESENSI KITAB MINHAJ AT-THALIBIN Subscribe jugaYoutube Pondok Pesantren Lirboyo MENGENAL KITAB IHYA’ ULUMUDDIN MENGENAL KITAB IHYA’ ULUMUDDIN 0 Kitab Ihya Semalamkami ada siarkan artikel bertajuk 265 Hadis Palsu Dikesan Dalam Kitab Popular Ihya Ulumuddin. Kandungan artikel ini mendedahkan hasil kajian pakar hadis dari Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM) Profesor Datin Paduka Dr Jawiah Akhir yang mendakwa terdapat banyak hadis palsu atau mawdu ditemui dalam kitab karangan Sheikh Al Ghazali
Al-Ghazali bukanlah sosok yang asing di telinga umat Islam. Di Indonesia, misalnya, tak sedikit para orang tua yang menamai putranya dengan nama tersebut, tak terkecuali artis Ahmad Dhani yang memberi nama anak pertamanya Ahmad al-Ghazali. Popularitas al-Ghazali mendunia karena dia besar sebagai ahli filsafat dan tasawuf pada masa pemerintahan Khilafah Abbasiyah abad ke-5 H 10 M.Al-Ghazali bukan terlahir dari keluarga kaya, dermawan,apalagi dari keturuan raja-raja besar Persia. Dia hanyalah anak dari seorang ayah pemintal benang wool. Tinggal di kota kecil yang jauh dari ibukota, tepatnya di Ghazaleh, Thus, Khurasan, Iran. Masa kecilnya penuh dengan kesederhanaan, akan tetapi dia mendapatkan pendidikan moral yang baik dari orang kecil, al-Ghazali sudah menggemari ilmu pengetahuan. Dia melakukan perjalanan jauh hanya untuk mendapatkan bimbingan dari banyak guru. Dia mempelajari Fiqih, Tasawuf, Filsafat, dan berbagai ilmu lainnya. Hanya, yang paling menonjol dari pribadinya adalah ilmu Tasawuf dan tergolong sebagai salah satu ilmuwan muslim yang produktif dalam menuliskan ide-idenya. Menurut sebuah sumber, ada sekitar 300 buku yang sudah ditulisnya, beberapa yang populer yaitu Fatihatul Ulum, Ayyuhal Walad, Ihya’ Ulumuddin, Mizanul Amal, al-Risalah al-Laduniyyah, Miskat al-Anwar, Tahafut al-Falasifah, dan Mi’yar al-Ilm, dan Minhajul dua karya bukunya yang paling terkenal, yaitu Ihya’ Ulumuddin dan Tahafut al-Falasifah banyak dipelajari umat Islam hingga hari ini. Di berbagai lembaga pendidikan Islam, seperti pesantren dan madrasaa, dua kitab ini masuk dalam daftar rujukan bahan bacaan para siswa/santri. Ihya’ Ulumuddin adalah buku tasawaf, sementara Tahafut al-Falasifah adalah karya hasil pemikiran Ulumuddin ditulis oleh al-Ghazali sekitar tahun 500 H 1100 M. Kitab ini menjelaskan tentang kaidah dan prinsip penyucian jiwa, sifat takwa, zuhud, cinta, menjaga hati, dan ikhlas dalam beragama. Lebih dari itu, buku ini juga mengulas berbagai kewajiban umat Islam, misalnya, menuntut ilmu, mendidik dengan cara Islam, menjaga kebersihan, shalat, akhlak dan adab berprilaku, dzikir dan doa, persaudaraan, obat hati, ketenangan jiwa, bahaya lisan, taubat, menjauhi sifat sombong, cinta rasul, dan yang terkandung dalam Ihya’ Ulumuddin seringkali dijadikan rujukan para sarjana sebagai pendekatan pendidikan moral anak. Mengenai hal ini, Al-Ghazali membagi pengembangan pendidikan nilai moral menjadi dua Pertama, bersungguh-sungguh dalam membiasakan diri mempraktikkan perbuatan baik sejak dini; Kedua, senantiasa memuji kepada Allah swt dan dilakukan secara juga menambahkan, bahwa pemahaman mengenai moral Islam dapat dilakukan melalui pendekatan formal dan informal. Pendidikan informal dapat diberikan kepada anak ketika berkumpul dengan keluarga di rumah melalui pemberian cerita-cerita sejarah dan keteladanan orangtua. “Melalui pendekatan ini, anak akan berlatih dan meniru perilaku orang tua secara berkelanjutan, dan orangtua bisa memonitor perkembangan perilaku anak,” tulis al-Ghazali dalam Ihya’ Ulumuddin cetakan versi Dar al-Taqwa, Kairo 2000, dikutip dari Masturhah Ismail dkk, dalam Educational Strategies to Develop Discipline among Students Procedia, 2013.Sementara Tahafut al-Falasifah berisi tentang gagasan filsafat yang menyebut kerancuan pemikiran sejumlah filosof sebelumnya. Dia menolak metafisika Aristoles yang dipahami oleh al-Farabi dan Ibn Sina. Bahkan, dia merangkum kerancuan-kerancuan tersebut menjadi 20 poin penting. Dengan sangat keras, al-Ghazali menyebut kerancuan pikiran para filosof yang hidup sekitar satu abad sebelumnya itu dapat mengantarkan umat Islam pada jalan kebohongan, kesesatan, kemurtadan, dan bid’ seorang muslim, keteguhan al-Ghazali dalam menuntut ilmu patut diteladani. Meski dia hidup di tengah-tengah abad “perang ideologi, aliran, dan faham keagamaan”, namun pemikirannya tetap tidak terseret pada kesesatan hidup ketika pemikiran Islam berada pada tingkat perkembangan yang paling tinggi. Berbagai pemikiran keagamaan itu tidak hanya berhenti sebagai olah budi individual, tetapi berkembang menjadi banyak aliran dengan metode dan sistemnya perkembangan, menurut Muhammad Yasir Nasution 1988 ini memperlihatkan wujudnya dalam tingkat keragaman yang tinggi. [] Nafi’ Muthohirin *Penikmat Kajian Pemikiran Islam, tinggal di Malang
. 332 111 301 186 121 168 452 496

kisah dalam kitab ihya ulumuddin